Tuesday, July 28, 2009

Installing Apache Tomcat on Ubuntu

First download apache-tomcat-6.0.20 from http://tomcat.apache.org/. Extract it in your chosen directory, I extracted it in my home directory.
After that run startup.sh to start tomcat. If it can't be run on terminal or it is opened by text editor, edit its properties -> Permissions tab -> and then tick 'execute checkbox' to allow executing file as program. Repeate it for catalina.sh.
And then add export JAVA_HOME=/usr/lib/jvm/java-6-sun-1.6.0.14 and export CATALINA_HOME=/home/matt/apache-tomcat-6.0.20 to your environment variable (/etc/profile), logout.
Last step is add permission to your .sh file : sudo chmod 755 *.sh on apache-tomcat-6.0.20/bin directory.
Try again to run it with ./startup.sh. To stop it run ./shutdown.sh.

That's all...

Monday, July 20, 2009

Google Web Toolkit Getting Started

Last week one of my friend asked me if I can join him to write a book about Java. He told me that it's very difficult to find books about Java in stores. I agree with that. Nowadays Microsofts technologies seem more popular than any other open source technologies. He gave ideas about writing web-based application book.

Because AJAX is very popular at present, we decided to write Google Web Toolkit, one of the most popular open source AJAX-based technology to build rich internet application. But the problem is I don't know anything about GWT. But I think it's not difficult to be learnt.

I started with downloading ebooks about GWT and it's latest toolkit. But then a link pointing me to google documentation about google plugins for eclipse. Interesting... now I love eclipse very much, we can do almost everything with eclipse.

In order to use this plugin, we need eclipse 3.4 Ganymede. You can go to this link for detail instructions : http://code.google.com/eclipse/docs/install-eclipse-3.4.html.

If you downloaded the toolkit (I downloaded gwt-linux-1.7.0) from http://code.google.com/webtoolkit/download.html you'll find a folder called samples which is collection of samples provided for you. You can use these samples and import it in eclipse. First go to one of the samples you want to import and run ant there : matt@digitalfortress:~/Desktop/gwt-linux-1.7.0/samples/DynaTable$ ant eclipse.generate. After successfully running this command you can use popular eclipse 'imports existing project into workspace' menu to import it and run as usual.

How to run the application? There are two modes how you can run your application. The first is hosted mode, and the second is web mode. To run in hosted mode just click the popular 'run' green button in eclipse. To run in web mode from hosted mode click 'compile/browse' button from GWT hosted mode browser.

But before running on web mode add this : export GWT_EXTERNAL_BROWSER=/usr/bin/firefox to your environment variable (/etc/profile) to set your default web browser so that GWT knows which browser to be fired up when you want to run on web mode.

Saturday, July 18, 2009

Dokter Lo Siaw Ging

Laporan wartawan KOMPAS Sonya Helen Sinombor

Ketika biaya perawatan dokter dan rumah sakit semakin membubung tinggi, tidak ada yang berubah dari sosok Lo Siaw Ging, seorang dokter di Kota Solo, Jawa Tengah. Dia tetap merawat dan mengobati pasien tanpa menetapkan tarif, bahkan sebagian besar pasiennya justru tidak pernah dimintai bayaran.

Maka, tak heran kalau pasien-pasien Lo Siaw Ging tidak hanya warga Solo, tetapi juga mereka yang berasal dari Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Klaten, Boyolali, dan Wonogiri. Usianya yang sudah menjelang 75 tahun tak membuat pria itu menghentikan kesibukannya memeriksa para pasien.

Dokter Lo, panggilannya, setiap hari tetap melayani puluhan pasien yang datang ke tempatnya praktik sekaligus rumah tinggalnya di Jalan Jagalan 27, Kelurahan Jebres, Kota Solo. Mayoritas pasien Lo adalah keluarga tak mampu secara ekonomi. Mereka itu, jangankan membayar ongkos periksa, untuk menebus resep dokter Lo pun sering kali tak sanggup.

Namun, bagi Lo, semua itu dihadapinya dengan ”biasa saja”. Dia merasa dapat memahami kondisi sebagian pasiennya itu. Seorang pasiennya bercerita, karena terlalu sering berobat ke dokter Lo dan tak membayar, ia merasa tidak enak hati. Dia lalu bertanya berapa biaya pemeriksaan dan resep obatnya.

Mendengar pertanyaan si pasien, Lo malah balik bertanya, ”Memangnya kamu sudah punya uang banyak?”

Pasiennya yang lain, Yuli (30), warga Cemani, Sukoharjo, bercerita, dia juga tak pernah membayar saat memeriksakan diri. ”Saya pernah ngasih uang kepada Pak Dokter, tetapi enggak diterima,” ucapnya.

Kardiman (45), penjual bakso di samping rumah dokter Lo, mengatakan, para tetangga dan mereka yang tinggal di sekitar rumah dokter itu juga tak pernah diminta bayaran. ”Kami hanya bisa bilang terima kasih dokter, lalu ke luar ruang periksa,” katanya.

Cara kerja Lo itu membuat dia setiap bulan justru harus membayar tagihan dari apotek atas resep-resep yang diambil para pasiennya. Ini tak terhindarkan karena ada saja pasien yang benar-benar tak punya uang untuk menebus obat atau karena penyakitnya memerlukan obat segera, padahal si pasien tak membawa cukup uang.

Dalam kondisi seperti itu, biasanya setelah memeriksa dan menuliskan resep untuk sang pasien, Lo langsung meminta pasien dan keluarganya menebus obat ke apotek yang memang telah menjadi langganannya. Pasien atau keluarganya cukup membawa resep yang telah ditandatangani Lo, petugas di apotek akan memberikan obat yang diperlukan.

Pada setiap akhir bulan, barulah pihak apotek menagih harga obat tersebut kepada Lo. Berapa besar tagihannya? ”Bervariasi, dari ratusan ribu sampai Rp 10 juta per bulan.”

Bahkan, pasien tak mampu yang menderita sakit parah pun tanpa ragu dikirim Lo ke Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo. Dengan mengantongi surat dari dokter Lo, pasien biasanya diterima pihak rumah sakit, yang lalu membebankan biaya perawatan kepada Lo.

Kerusuhan 1998

Nama dokter Lo sebagai rujukan, terutama bagi kalangan warga tak mampu, relatif ”populer”. Namun, mantan Direktur RS Kasih Ibu ini justru tak suka pada publikasi. Beberapa kali dia menolak permintaan wawancara dari media.

”Enggak usahlah diberita-beritakan. Saya bukan siapa-siapa,” ujarnya.

Bagi Lo, apa yang dia lakukan selama ini sekadar membantu mereka yang tak mampu dan membutuhkan pertolongan dokter. ”Apa yang saya lakukan itu biasa dilakukan orang lain juga. Jadi, tak ada yang istimewa,” ujarnya.

Di kalangan warga Solo, terutama di sekitar tempat tinggalnya, Lo dikenal sebagai sosok yang selalu bersedia menolong siapa pun yang membutuhkan. Tak heran jika saat terjadi kerusuhan rasial di Solo pada Mei 1998, rumah dokter keturunan Tionghoa ini justru dijaga ketat oleh masyarakat setempat.

Lo juga tak merasa khawatir. Justru para tetangga yang meminta dia tidak membuka praktik pada masa kerusuhan itu mengingat situasinya rawan, terutama bagi warga keturunan Tionghoa. Namun, Lo menolak permintaan itu, dia tetap menerima pasien yang datang.

”Saya mengingatkan dokter, kenapa buka praktik. Wong suasananya kritis. Eh, saya yang malah dimarahi dokter. Katanya, dokter akan tetap buka praktik, kasihan sama orang yang sudah datang jauh-jauh mau berobat,” cerita Putut Hari Purwanto (46), warga Purwodiningratan, yang rumahnya tak jauh dari rumah Lo.

Bahkan, meski tentara datang ke rumah Lo untuk mengevakuasi dia ke tempat yang aman, Lo tetap menolak. Maka, wargalah yang kemudian berjaga-jaga di rumah Lo agar dia tak menjadi sasaran kerusuhan.

”Saya ini orang Solo, jadi tak perlu pergi ke mana-mana. Buat apa?” ucapnya.

Anugerah

Menjadi dokter, bagi Lo, adalah sebuah anugerah. Dia kemudian bercerita, seorang dokter di Solo yang dikenal dengan nama dokter Oen, seniornya, dan sang ayahlah yang membentuk sosoknya. Dokter Oen dan sang ayah kini telah tiada.

Lo selalu ingat pesan ayahnya saat memutuskan belajar di sekolah kedokteran. ”Ayah saya berkali-kali mengatakan, kalau saya mau jadi dokter, ya jangan dagang. Kalau mau dagang, jangan jadi dokter. Makanya, siapa pun orang yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus terbuka. Saya tidak pasang tarif,” kata Lo yang namanya masuk dalam buku Kitab Solo itu.

Papan praktik dokter pun selama bertahun-tahun tak pernah dia pasang. Kalau belakangan ini dia memasang papan nama praktik dokternya, itu karena harus memenuhi peraturan pemerintah.

Tentang peran dokter Oen dalam dirinya, Lo bercerita, selama sekitar 15 tahun dia bekerja kepada dokter Oen yang dia jadikan sebagai panutan. ”Dokter Oen itu jiwa sosialnya tinggi dan kehidupan sehari-harinya sederhana,” ujarnya.

Dari kedua orang itulah, Lo belajar bahwa kebahagiaan justru muncul saat kita bisa berbuat sesuatu bagi sesama. ”Ini bukan berarti saya tak menerima bayaran dari pasien, tetapi kepuasan bisa membantu sesama yang tidak bisa dibayar dengan uang,” katanya sambil bercerita, sebagian pasien yang datang dari desa suka membawakan pisang untuknya.

Gaya hidup sederhana membuat Lo merasa pendapatan sebagai dokter bisa lebih dari cukup untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Apalagi, dia dan sang istri, Maria Gan May Kwee atau Maria Gandi, yang dinikahinya tahun 1968, tak memiliki anak.

”Kebutuhan kami hanya makan. Lagi pula orang seumur saya, seberapa banyak sih makannya?” ujar Lo.

Bahkan, di mata para pasien, Lo seakan tak pernah ”cuti” praktik. Lies (55), ibu dua anak, warga Kepatihan Kulon, Solo, yang selama puluhan tahun menjadi pasiennya mengatakan, ”Dokter Lo praktik pagi dan malam. Setiap kali saya datang tak pernah tutup. Sepertinya, dokter Lo selalu ada kapan pun kami memerlukan.”

DATA DIRI

• Nama: Lo Siaw Ging
• Lahir: Magelang, 16 Agustus 1934
• Istri: Maria Gan May Kwee (62)
• Pendidikan: - Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 1962
S-2 (MARS) Universitas Indonesia, 1995
• Profesi: - Dokter RS Panti Kosala, Kandang Sapi, Solo (sekarang RS dokter Oen, Solo)
- Mantan Direktur Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo

Wednesday, July 15, 2009

Eclipse Cobol Plugin

I've got Cobol training materials started from yesterday until next 5 days from company I'm working for. It's a bit old fashion programming language to learn but I think it's ok to learn something new, just to get to know. It's not pure ordinary Cobol We're going to learn actually, but it's Mincom Cobol, Cobol customized by Mincom.

Because of my curiousity, I googled any sources about ordinary Cobol, I downloaded ebooks about Cobol until I realized that it needs compiler hehehe. Then I realized (again) that it's very difficult to download free Cobol compiler. Some ebooks said that they use Fujitsu but when I went to the link they give, no download links...until I saw a link pointing to 'eclipse cobol plugin from Fujitsu'. Wow... somebody wrote plugins for Cobol? Then I remember that there are either plugins for C or C++ in eclipse hehehe, I'm just so out of date...

Actually this is my very first time using Cobol. This writing is just about telling you how to install Cobol plugin in eclipse, just my notes in case I need it again later. Lets start...

1. Download cobol plugin from eclipse.org. At the moment of writing, I can only install on eclipse 3.4. It didn't work for eclipse 3.2, besides, it's still in beta version. Extract it and put the plugins and features into your eclipse appropriate folders as usual.

2. Download source code open-cobol-1.0, extract it, and then run three magic steps after you're in extracted folder : ./configure, make check, sudo make install. Don't forget to download dependency library if you encounter some errors. On configuration I made yesterday, I encountered two dependency libraries missing which are libgmp3-dev and libdb4.2-dev.

3. Create Cobol command in /opt/FJSVcbl/bin/cobol just like this :

#!/bin/bash
# netCOBOL -> OpenCOBOL
echo " =NetCOBOL>OpenCOBOL: $*"
compiler="/usr/local/bin/cobc"

exefile=""
dolink=true
mainp=""
copylib=""

while getopts ":cMI:o:" optioncode; do
case $optioncode in
c ) dolink=false ;;
M ) mainp="-x" ;;
I ) wOPTARG=${OPTARG%;} ; copylib="-I ${wOPTARG//;/ -I }" ;;
o ) exefile=" -o $OPTARG" ;;
\? ) ;;
esac
done
shift $((OPTIND - 1))

if [ $dolink = false ]; then
command="$compiler $mainp -c $copylib $*"
echo " =Compile: $command"
$command
fi
if [ $dolink = true ]; then
command="$compiler -x $exefile $*"
echo " =Link: $command"
$command
fi
# eof

4. To test, create new Cobol project in eclipse Cobol perspective. If you find error message at console when you build the project, which is permission denied, then do chmod 755 /opt/FJSVcbl/bin/cobol.

5. If it is error "error while loading shared libraries: libcob.so.1: cannot open shared object file: No such file or directory" when you run the project, then do sudo ln -s /usr/local/lib/libcob.so.1 /usr/lib/libcob.so.1.

Reference : http://www.hop-penchan.org/yogawa/tool/opencobol/index.xml

Sunday, July 5, 2009

Fanatic or easy-going programmer?

Selama dua minggu ini di tempat baru, saya menjumpai banyak orang baru, dalam dunia programming tentu saja. Ada yang super fanatik dengan bahasa pemrogramannya, ada yang 'mau ini mau itu pilih yang mana? semua kusuka...'. Mengingat di kantor baru ini ada tiga stream (kok cuman tiga ya...PHP ke mana?), everybody is encouraged to learn all of them. But unfortunately (or fortunately maybe) I'm a type of a guy that still believe in 'you learn from life and life to learn', 'every good things are worth to try', and 'you will never know until you have tried', karena itulah saya selalu berpendapat bahwa tidak ada salahnya mencoba hal-hal baru.

Kembali kepada orang-orang yang baru saya kenal tersebut. Saya percaya ada alasan khusus setiap orang menjadi fanatik atau easy-going, keduanya bagus selama kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan kita masing-masing. Saya pernah diinterview dengan pertanyaan 'Kamu kan bisa Java, pasti bisa juga C# .net, kan keduanya hampir mirip?'. Meneketehe, saya kan gak pernah pake C#, pakenya VB.net. Tapi agar lebih diplomatis saya jawab 'bisa sedikit' hehehe... Untung tidak dikejar dengan membuat aplikasi C# hehehe...

Menurut saya pribadi (menurut pendapat pribadi lho ya...jadi dilarang protes), menjadi terlalu fanatik is not good for your career in a company and the company itself hehehe (kecuali lo dah punya posisi kuat hehehe...). Bayangin aja kalo kita dapat assignment trus nolak karena 'I don't like it sir, i'm not into it... can u find anybody else to do it?', 'Yeah... your colleage can do it much better than you...so we don't need you anymore'. Kalo terlalu easy going juga gak bagus, kesannya anda gampangan hihihi... Jadi orang yang terlalu easy going kata pak ustadz mudah diombang-ambingkan jaman. Pas ditanya konsep, eh jadi campur aduk kan...

Jadi gw sendiri ada di mana ya... Sekarang ini gw coba menjadi orang seperti perintah Nabi Muhammad (biarpun agak maksa sih...) yaitu mastering di salah satu bahasa, sebagai pedoman agar kita tidak tersesat, and keep your mind up with other languages, cukup fleksibel untuk company tanpa harus kehilangan identitas diri ya kan...
 

©2009 Stay the Same | by TNB